Pada tari nonetnik, jikalau berpegang pada kaidah seni tari, akan lahir bentuk gres hasil banyak macam yang tetap menawarkan bukti dirinya, menyerupai bukti diri pribadi.
Identitas tersebut mempunyai ciri religius, nasionalis, sosialis, atau ciri lain yang menampilkan sosok insan yang lahir dari tabiat dan istiadat
budaya timur.
Pada proses kreativitasnya tari nonetnik, sanggup dikategorikan sebagai tari bertema, yaitu tema literer dan tema nonliterer.
1. Tema Literer
Ide yang didasarkan pada sebuah dongeng legenda, dongeng, pantun, atau mitos. Tarian yang mengambil sebagian kesan dari sebuah rangkaian kejadian atau peristiwa, merupakan tari bertema literer, menyerupai mengangkat tema kepahlawanan yang dicuplik dari dongeng perihal usaha atau kegigihan seseorang dalam mencapai sebuah keinginan, atau tema kegembiraan untuk mengekspresikan luapan kegembiraan alasannya kejadian keseharian, tema keserakahan untuk mengekspresikan ketamakan sebagai sifat alami manusia.
Gerak secara koreografi disusun menurut susunan gerak yang menggambarkan salah satu cerita. Ada yang disusun menurut dongeng aslinya. Lalu, dibentuk menjadi tarian yang bercerita, menyerupai dramatari atau sendratari. Bentuk dramatari ada yang bercerita dengan rangkaian gerak dan ada yang memakai obrolan, serta tidak memakai obrolan.
Pada banyak sekali program perpisahan, sering kali para siswa menampilkan bentuk banyak macam operet. Operet atau berdusta kecil tersebut memadukan gerak, lagu, dan peran.
Cerita Ramayana dari India yang menjadi bab dongeng di Indonesia pada dongeng perwayangan sanggup dijadikan tema untuk sebuah opera tari. Dengan pola gerak bebas, Rama bercengkrama dengan Shinta diiringi lagu barat atau lagu dari band yang sedang digandrungi dewasa seusiamu. Pada
adegan lainnya yang bernuansa modern, pakaian sehari-hari yang dipakai tokoh Rama dalam wujud Rama masa kini.
Demikian dengan pakaian Shinta. Gerakan yang ditampilkan menawarkan kebebasan berekspresi serta unsur pendukung tari secara keseluruhan menawarkan bentuk yang baru. Operet ini merupakan sajian drama musikal nonetnik yang lucu dan menarik sehingga membuat suasana gembira.
Ide tari nonetnik atau nontradisi memdiberikan keleluasaan pada usia dewasa menyerupai setingkat Sekolah Menengan Atas untuk menuangkan potensi dan kemampuan berbanyak macam. Tari nonetnik atau nontradisi sanggup diwujudkan dalam bentuk tarian lepas yang disajikan dalam bentuk tari kelompok atau tunggal. Tari nonetnik atau nontradisi sanggup dilatarbelakangi sebuah pilihan dongeng tertentu dalam bentuk dramatari atau dikemas dalam kolaborasi, menyerupai operet.
2. Tema Nonliterer
Tema nonliterer diberisi tarian lepas, gagasannya tersusun dari pengolahan gerak sebanyak-banyaknya yang menjadikan kesan dalam secara keseluruhan sajian. Gerak tersebut sebagai verbal dalam menyikapi hidup dan kehidupan secara luas.
Indonesia mempunyai penari yang meskipun usianya telah lanjut tetapi namanya sampai sekarang masing diingat sebagai penari dengan ide-ide gres yang nyentrik modern. Salah seorang di antaranya ialah Sardono W. Kusumo. Respons dan kepekaannya terhadap kejadian di lingkungannya atau sudut
pandangnya terhadap banyak sekali kejadian sosial dan politik mendorongnya membuat tari yang bertema nonliterer. Di antara karya tari nonetnik yang diciptakannya ialah Plastik, Sampah, dan Sawah.
Sinopsis
Dengan memakai langkah yang sama dalam menyusun sebuah sinopsis tari Nusantara di Kelas XI, lakukanlah tahapan prosesnya pada tari kelompok dengan banyak macam pijakan sumber kreativitas nonetnik.
Gagasan utamanya ialah memberikan perasaan dan impian dari sang koreografer, tanpa perlu menyebutkan aksara tarian alasannya bukan menggambarkan sosok tokoh secara utuh. Bisa saja mengangkat sifat atau kudang keringasaan tokoh, atau kejadian yang menimpa seseorang sehingga menjadikan trauma pada hidupnya. Dalam hal ini, yang digambarkan pada tari hanya inspirasi memunculkan perasaan trauma seseorang, kesedihannya, ketakutannya, perasaan dendamnya, atau
perasaan lain yang berkecamuk di dalam jiwanya.
Semua jenis, bentuk, genre tarian mengacu kepada disiplin ilmu yang sama. Beragamnya tarian di Indonesia merupakan kekayaan yang patut dipertahankan dan dibanggakan keberadaannya. Hal tersebut menawarkan bukti diri bangsa, terutama oleh generasi muda. Generasi muda ialah tulang punggung bangsa. Hal itu sanggup diwujudkan apabila generasi muda menyerupai Anda mempunyai fondasi besar lengan berkuasa dengan mempunyai wawasan yang baik, ilmu yang berkhasiat, dan mempunyai nurani.
Perhatikan pola sinopsis tari nonetnik diberikut ini.
- Tari Nonetnik bertema literer
Judul : Yudistira berkelahi dadu
Sinopsis : Darah ... alasannya nafsu membutakan hati, meski negara harus menjadi pertaruhan demi
keserakahan, insan lupa diri bertaruh mempertahankan ketidakpastian.
- Tari Nonetnik bertema Nonliterer
Judul : Simbiosis
Sinopsis : Kamu ada ... saya tak ada. Aku tak ada …. Kamu tak ada pula, boleh jikalau itu maumu, tapi tidak buatku. Kita sama-sama ada … untuk kita.
Pahami perbedaan sinopsis tari nonetnik yang bertema literer dan tema nonliterer itu. Selanjutnya, Anda sanggup mengikuti langkah-langkah pemahaman penyusunan sinopsis dengan semakin banyak latihan membuat sinopsis. Bisa dimulai dengan membuat sinopsis untuk sebuah lagu, atau sebuah acara seni, gres lalu cobalah ludang keringh spesifik pada tari-tari yang Anda kenal di kawasan Anda sendiri.
Advertisement